Liburan Tidak Hanya Buang Waktu, Ternyata Baik Untuk Kesehatan Juga

Bagi sebagian besar orang di Indonesia, tuntutan pekerjaan sering kali menjadi alasan utama untuk tidak liburan. Banyak dari mereka lebih memilih untuk tetap berada pada zona pekerjaan yang di anggap dapat membuat pekerjaan lebih optimal.

Namun, beberapa penelitian membuktikan bahwa liburan adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan. Bukan hanya berpengaruh pada kesehatan, namun juga berperan penting dalam meningkatkan produktivitas otak.

Seorang pesikolog “Deborah Mulhern” mengatakan, Jika anda tidak meluangkan waktu untuk bersantai  dan memilih terikat dengan tekanan ekternal, seperti pekerjaan yang berat, maka semakin sulit pula tubuh anda akan rileks.

“Syaraf dalam tubuh memerlukan waktu untuk melakukan proses pemulihan”.

Bagi kamu yang masih memiliki persepsi bahwa liburan hanya membuang-buang waktu, sebaiknya kamu baca beberapa manfaat dari liburan yang sudah kami rangkul untuk anda ketahui.

1. Mengurangi stres

American Psycological Association merilis sebuah hasil penelitian yang berisi tentang fungsi dari liburan, Mereka menyimpulkan bahwa liburan dapat membantu dalam mengurangi stres. Mengambil cuti untuk berlibur dan melupakan beban berat pekerjaan akan membuat syaraf menjadi lebih rileks dan sekaligus mengurangi rasa cemas dan bosan yang di mana ini akan sangat baik untuk pesikolgis Kamu.

2. Mendorong produktivitas

Sebuah studi internal yang di lakukan sebuah perusahaan jasa Ernst & Young kepada para pekerjanya dan mereka menemukan si setiap 10 jam tambahan waktu untuk berlibur yang di jalankan oleh pekernya, nilai kinerja para pekerjanya meningkat hingga 8 persen.

Penelitian lain juga membuktikan bahwa liburan dapat meningkatkan kreativitas para karyawan saat mereka di minta untuk mengambil cuti untuk berlibur secara rutin.

3. Menyehatkan jantung

Tertekan dengan beban pekerjaan bukan hanya tidak baik untuk kesehatan pesikologis seseorang, namun juga akan berdampak pada kesehatan tubuh mereka juga. Dalam sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 600.000 orang di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Australia, dan Inggris membuktikan bahwa orang dengan jam kerja di atas 55 jam dalam satu minggu  33 persen di antaranya lebih besar memiliki resiko terkena penyakit stroke dan 13 persen lebih tinggi resiko untuk terkena serangan jantung ketimbang mereka yang bekerja 40 jam atau kurang.